Imam Syafi'i berkata, kehebatan seseorang terletak pada 3 perkara:
1. Kemampuan menyembunyikan kemelaratan, sehingga orang lain menyangkamu berkecukupan karena kamu tidak pernah meminta.
2. Kemampuan menyembunyikan amarah, sehingga orang mengiramu merasa ridha.
3. Kemampuan menyembunyikan kesusahan, sehingga orang lain mengiramu merasa senang.
Imam syafi’i adalah salah satu dari empat imam madzhab, nama aslinya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris As Syafi’i.
Lahir di gaza, palestina pada tahun 150 hijriah dan masih memiliki jalur nassab dengan Rasulullah salallahu alaihi wassallam. Ayah imam syafi’i memiliki jalur nassab yang bertemu dengan nassab Rasulullah salallahu alaihi wassallam di ‘Abdu Manaf bin Qushay (kakek ketiga rasulullah) dan ibunya masih merupakan cicit Ali bin Abi Thalib r.a.
Semenjak usia 9 tahun, beliau sudah bisa menghafal (hafidz) al-quran 30 juz. Setahun kemudian beliau menghafal 1.720 hadis karangan imam malik dalam kitab Al Muwatha’.
Imam syafi’i memiliki kecerdasan yang tinggi bahkan ketika beliau masih berumur 15 tahun beliau sudah dipercaya untuk bisa memberikan fatwa di kota mekah.
Semakin banyaknya ilmu yang dimiliki Imam Syafi’i tidak membuat ia lantas sombong. Namun sebaliknya, dia semakin merendah, semakin tawadhu, dan semakin kuat imanya karena semakin mengenal kebesaran Tuhannya.
Prilakunya pun semakin berwibawa, semakin bijaksana, semakin cerdas, dan semakin tawadhu atas dasar sifat inilah imam syafi’i tidak pernah putus untuk menuntut ilmu.
Perkataan-perkataan Imam Syafi’i tidak pernah mengandung kata-kata kebatilan. Melainkan sebaliknya, kata-kata yang keluar tersyirat banyak makna, kewibawaan, kebijaksaan, dan kebaikan untuk umat islam di dunia.